Sepoi-Sepoi Kota Lalu Cerpen Veronika “ Wiwiq “ Kusuma Wijayanti Sabtu minggu menjadi rutinitasku pulang ke Solo. Sekedar menemani simbah Putri ( nenek ) yang t
B. Indonesia
jimbleg
Pertanyaan
Sepoi-Sepoi Kota Lalu
Cerpen Veronika “ Wiwiq “ Kusuma Wijayanti
Sabtu minggu menjadi rutinitasku pulang ke Solo. Sekedar menemani simbah Putri ( nenek ) yang tinggal satu-satunya. Sering teman-tman kuliahku meralat kata ‘pulang’.
“ Itu namanya bukan pulang, tahu ! “ tega Eva sambil menundingkan jarinya ke mukaku.
“ Iya. Kalau pulang itu berarti kembali ke tempa semula. Yak an, Va ? “ Sambung Theo lega menjadi pengikut.
Aku hanya membalasnya dengan senyum.Terkadang, tawa tidak tulus ketika benar-benar melucu mengejek aku.
“ Apalagi ke tempat simbah. Itu namanya menjenguk, bermain, atau mengunjungi,” jelas Eva seakan benar-benar paham beda akan kata-kata tersebut.
“ Menjenguk ? emang orang sakit dijenguk ?” tanya hatiku terheran. Sementara aku tetap saja ‘ngotot’ pulanglah kata yang tepat.
“ Lho, Wik, mau kemana ?” tanya ibu kosku sambil mengernyitkan dahi.
“ Ya bu ?”
“ Mau kemana malam-malam begini ? “
Oh ! Pulang, Bu ?”
“ Pulang, ke Tangerang ? Emang kuliah mu libur ?”
“ Waduh ! Nggak lagi-lagi deh, salah paham lagi deh ! “ batinku menerka-nerka. Tapi, berat tas berisi baju kotor semakin mendesakku untuk segera berangkat.
“ Enggak kok ! Cuma ke Solo, mengunjungi simbah, “ jawabku mengiyakan istilah Eva yang kutentang kemarin. “ Mari Bu !”
“ Ya !”
Selama perjalanan Jogja-Solo dengan motor baru pemberian bapak, aku terus berfikir. Bukan mengunjungi. Pulang. Bukan menjenguk. Pulang. Bukan bermain. Pulang.
Memang bukan kembali ke tempat semula, tetapi Solo adalah tempat dimana aku sempat beranjak ABG-anak baru gede- selama tiga tahun. Menikmati hik-hik-an* Pak Gerok, sate kere** dengan sepeda tua Pak Yadi di seputaran Pucang Sawit, makan brambang asem*** atau kalau Minggu pagi di seputaran Pasar Gede, makan sewo liwet.
Entah mengapa hanya makanan yang terkesan dari kota ini. Aku pernah menanyakan ini ke temanku, seorang Batak tulen, tetapi justu lama di Jawa, Cepu.
“ Cok, kenapa, sih, di Solo banyak makanan yang aneh-aneh ? Bahkan, kerupuk karak saja bias jadi makanan dicampur sambal kacang. Padahal, kan karak ( makanan khas Solo ) dari nasi juga.”
“ Iya, intip di Pasar Klewer itu juga dari nasi, terus diberi cairan coklat manis jadi intip manis. Kalau yang asin juga Cuma ditaburi garam “.
Ia cuma menjelaskan dua kata. “ bekas jajahan !”
“ Kok ?”
“ Ya, selama kota dalam jajahan, orang-orang harus bias tetap hidup. Akhirnya, apa pun menjadi makanan walau campurannya terkesan asal “.
Jadi, teringat belanja di Pasar Klewer bersama teman-temanku. Bahkan, sampai membeli ikat pinggang pun disana. Banyak jajan aneh dan asal dijajakan di pinggir jalan pasar. Masuk ke pasarnya, banyak yang menjajakan pakaian, kain, jarik, dan lain-lain. Penuh.
Tak jarang juga bersama teman-teman, mejeng Minggu pagi di Mahanan. Bergaya sporty dengan training dan kaos, tetapi untuk berlari saja aku tak sudi. Lintasan berlari sudah cukup sesak dengan kaki lima, warung makan, kereta kuda, bahkan kereta kelinci. Pernah sekali waktu, kita pindah ke tempat mejeng ke Sriwedari. Akan tetapi, ternyata malah lebih ramai dengan sepeda-sepeda dan peserta lomba sepeda santai.
“ Woi ! lihat-lihat dong, Mbak !
“ Maaf, maaf !” refleksu mengakhiri kenangan tentang Solo. Ternyata, sudah di jalan Slamet Riyadi Solo. Tiga puluh menit lagi aku sampai rumah simbah.
“ Simbah ! Simbah ! Wiwik pulang, nih !
“ Simbah !”
Aku membuka pintu perlahan dan menemukan simbah tergagap-gagap menggapai sandal untuk menghampiriku.
“ Simbah kenapa ?” tanyaku
“ Simbah sakit, Wik ? Bisa tolong kerok*** Simbah ? “ jawab simbah.
Aku mengeroknya pelan-pelan sambil melanjutkan kenangan akan Solo yang sempat terputus di jalan. Kali ini, aku memang tidak pulang melainkan menjenguk.
Jawablah pertanyaan pertanyaan berikut
1. Jelaskan latar yang terdapat dalam cerpen Sepoi sepoi kota lalu?
Bedakan antara latar tempat dan latar waktu
2.Berdasarkan cerpen tersebut, identifikasikanlah kekhasan latar-latar tempatnya!
3. Jelaskan perbedaan dan persamaan latar yang disebutkan dalam cerpen tersebut dengan latar tempat daerah kalian tinggal! Bedakan pula dengan kekhasan tempatnya
Cerpen Veronika “ Wiwiq “ Kusuma Wijayanti
Sabtu minggu menjadi rutinitasku pulang ke Solo. Sekedar menemani simbah Putri ( nenek ) yang tinggal satu-satunya. Sering teman-tman kuliahku meralat kata ‘pulang’.
“ Itu namanya bukan pulang, tahu ! “ tega Eva sambil menundingkan jarinya ke mukaku.
“ Iya. Kalau pulang itu berarti kembali ke tempa semula. Yak an, Va ? “ Sambung Theo lega menjadi pengikut.
Aku hanya membalasnya dengan senyum.Terkadang, tawa tidak tulus ketika benar-benar melucu mengejek aku.
“ Apalagi ke tempat simbah. Itu namanya menjenguk, bermain, atau mengunjungi,” jelas Eva seakan benar-benar paham beda akan kata-kata tersebut.
“ Menjenguk ? emang orang sakit dijenguk ?” tanya hatiku terheran. Sementara aku tetap saja ‘ngotot’ pulanglah kata yang tepat.
“ Lho, Wik, mau kemana ?” tanya ibu kosku sambil mengernyitkan dahi.
“ Ya bu ?”
“ Mau kemana malam-malam begini ? “
Oh ! Pulang, Bu ?”
“ Pulang, ke Tangerang ? Emang kuliah mu libur ?”
“ Waduh ! Nggak lagi-lagi deh, salah paham lagi deh ! “ batinku menerka-nerka. Tapi, berat tas berisi baju kotor semakin mendesakku untuk segera berangkat.
“ Enggak kok ! Cuma ke Solo, mengunjungi simbah, “ jawabku mengiyakan istilah Eva yang kutentang kemarin. “ Mari Bu !”
“ Ya !”
Selama perjalanan Jogja-Solo dengan motor baru pemberian bapak, aku terus berfikir. Bukan mengunjungi. Pulang. Bukan menjenguk. Pulang. Bukan bermain. Pulang.
Memang bukan kembali ke tempat semula, tetapi Solo adalah tempat dimana aku sempat beranjak ABG-anak baru gede- selama tiga tahun. Menikmati hik-hik-an* Pak Gerok, sate kere** dengan sepeda tua Pak Yadi di seputaran Pucang Sawit, makan brambang asem*** atau kalau Minggu pagi di seputaran Pasar Gede, makan sewo liwet.
Entah mengapa hanya makanan yang terkesan dari kota ini. Aku pernah menanyakan ini ke temanku, seorang Batak tulen, tetapi justu lama di Jawa, Cepu.
“ Cok, kenapa, sih, di Solo banyak makanan yang aneh-aneh ? Bahkan, kerupuk karak saja bias jadi makanan dicampur sambal kacang. Padahal, kan karak ( makanan khas Solo ) dari nasi juga.”
“ Iya, intip di Pasar Klewer itu juga dari nasi, terus diberi cairan coklat manis jadi intip manis. Kalau yang asin juga Cuma ditaburi garam “.
Ia cuma menjelaskan dua kata. “ bekas jajahan !”
“ Kok ?”
“ Ya, selama kota dalam jajahan, orang-orang harus bias tetap hidup. Akhirnya, apa pun menjadi makanan walau campurannya terkesan asal “.
Jadi, teringat belanja di Pasar Klewer bersama teman-temanku. Bahkan, sampai membeli ikat pinggang pun disana. Banyak jajan aneh dan asal dijajakan di pinggir jalan pasar. Masuk ke pasarnya, banyak yang menjajakan pakaian, kain, jarik, dan lain-lain. Penuh.
Tak jarang juga bersama teman-teman, mejeng Minggu pagi di Mahanan. Bergaya sporty dengan training dan kaos, tetapi untuk berlari saja aku tak sudi. Lintasan berlari sudah cukup sesak dengan kaki lima, warung makan, kereta kuda, bahkan kereta kelinci. Pernah sekali waktu, kita pindah ke tempat mejeng ke Sriwedari. Akan tetapi, ternyata malah lebih ramai dengan sepeda-sepeda dan peserta lomba sepeda santai.
“ Woi ! lihat-lihat dong, Mbak !
“ Maaf, maaf !” refleksu mengakhiri kenangan tentang Solo. Ternyata, sudah di jalan Slamet Riyadi Solo. Tiga puluh menit lagi aku sampai rumah simbah.
“ Simbah ! Simbah ! Wiwik pulang, nih !
“ Simbah !”
Aku membuka pintu perlahan dan menemukan simbah tergagap-gagap menggapai sandal untuk menghampiriku.
“ Simbah kenapa ?” tanyaku
“ Simbah sakit, Wik ? Bisa tolong kerok*** Simbah ? “ jawab simbah.
Aku mengeroknya pelan-pelan sambil melanjutkan kenangan akan Solo yang sempat terputus di jalan. Kali ini, aku memang tidak pulang melainkan menjenguk.
Jawablah pertanyaan pertanyaan berikut
1. Jelaskan latar yang terdapat dalam cerpen Sepoi sepoi kota lalu?
Bedakan antara latar tempat dan latar waktu
2.Berdasarkan cerpen tersebut, identifikasikanlah kekhasan latar-latar tempatnya!
3. Jelaskan perbedaan dan persamaan latar yang disebutkan dalam cerpen tersebut dengan latar tempat daerah kalian tinggal! Bedakan pula dengan kekhasan tempatnya
1 Jawaban
-
1. Jawaban syaic
1.solo kota lalu. maaf ya kalo salah.